Wednesday, November 16, 2016

Tutorial Konfigurasi Access Point

Assalamu’alaikum Wr. Wb..

Haiii teman-teman semua! Apa kabar? Semoga sehat selalu ya..

Kali ini aku akan membuat tutorial konfigurasi alat transmisi wireless, yaitu Access Point. Sebelum aku bahas lebih lanjut, kalian udah paham atau belum apa itu Wireless Networking? Kalau belum, simak yaa tapi kalau udah paham boleh skip :D

Jadi.. Wireless Networking itu dalam bahasa Indonesia artinya jaringan tanpa kabel, jaringan yang tidak perlu menggunakan kabel. Nah, wireless networking ini merupakan salah satu jenis jaringan yang dikategorikan berdasarkan media komunikasinya yang memungkinkan perangkat-perangkat didalamnya seperti laptop, komputer, handphone, gadget dll bisa berkomunikasi secara wireless atau tanpa kabel, dan pada umumnya, jaringan tanpa kabel ini diimplementasikan menggunakan komunikasi radio. Wireless Networking yang sudah sangat kita kenal yaitu WiFi.

Sekarang kita lanjut ke pengertian Access Point..
Access point adalah sebuah perangkat keras yang memungkinkan perangkat wireless (tanpa kabel) lain seperti laptop, komputer, handphone, gadget, dll untuk terhubung ke jaringan nirkabel menggunakan WIFI, Bluetooth, atau perangkat standar lainnya. Wireless access point itu pada umumnya dihubungkan ke router melalui jaringan kabel dan dapat digunakan untuk saling mengirim data antar perangkat wireless seperti laptop, komputer, handphone, printer, dll yang memiliki WiFi dan perangkat kabel pada jaringan. Access point ini digunakan untuk melakukan pengaturan lalulintas jaringan dari mobile radio ke jaringan kabel atau dari backbone jaringan wireless client/server. Biasanya berbentuk kotak kecil dengan 1 atau 2 antena kecil. Peralatan ini merupakan radio based, berupa receiver dan transmiter yang akan terkoneksi dengan LAN kabel atau broadband ethernet.
Peralatan yang kita butuhkan terdiri dari :

1. Wireless Router

Gambar diatas merupakan sebuah Access Point Fiberhome. Kita bisa menggunakan router apapun seperti Linksys, TP-link, dll. Dari segi bentuk Access Point semuanya hampir sama tapi tidak sama persis. Kebanyakan router memiliki 2 omni antenna seperti gambar diatas, antenna nya pun ada yang bisa dilepas dan juga ada yang permanen. Yang permanen jangan coba-coba dilepas ya pasti rusak :D

2. Device (Laptop)

3. Kabel UTP/STP


4. Antenna Eksternal 


Konfigurasinya sebagai berikut :
1) Siapkan routernya, kemudian cek pada router terdapat kabel adaptor atau tidak. Pasti ada sih, gak mungkin gak ada :D hubungkan kabel adaptor tersebut dengan sumber listrik. Setelah terhubung, lampu indikator pada router tersebut akan menyala. Sangat wajib untuk dihubungkan, karena kalau tidak, sampai kapanpun, lampu indikator tidak akan menyala dan Access Point tidak dapat digunakan. Hehe.


2) Selanjutnya Reset Access Point agar semua pengaturannya kembali seperti semula. Caranya yaitu dengan menekan tombol reset yang terdapat pada bagian sisi kanan dari depan Access Point. Tunggu beberapa detik sampai lampu indikator Access Point berkedip. Apabila sudah mati dan nyala kembali, berarti Access Point telah berhasil direset. Disini saya mencoba mereset dengan cara menekan tombol reset menggunakan bolpoin dan juga dapat reset langsung di browser ketika telah login.

3) Jangan lupa juga untuk mengubungkan Access Point dengan Laptop menggunakan kabel UTP/STP. Apabila sudah terhubung, cari network connection sesuai dengan nama Access Point yang digunakan, lalu klik connect supaya Access Point dengan Laptop terhubung. Saya coba tanpa kabel pun sebetulnya bisa langsung connect WiFi.

4) Setelah itu, kita atur jaringan pada Laptop supaya satu jaringan dengan jaringan pada Access Point. Untuk mengatur jaringan, kita pilih Control Panel, Open Network and Sharing Center, Network Connection. Lalu klik 2 kali pada WiFi, Properties, set IPv4, masukkan IP dan Subnet Mask nya. Kita bisa memasukkan IP 192.168.1.X (X nya boleh diisi 2-253) dan Subnet Mask nya 255.255.255.0 Tapi disini lebih direkomendasikan untuk menggunakan IP Address secara otomatis.














5) Selanjutnya, kita pindah ke web browser. Masuk ke halaman http://192.168.1.1 (IP dari Access Point) dan enter. Nanti akan muncul tampilan seperti dibawah ini.


Kita diminta untuk memasukkan Username dan juga Password. Username diisi dengan “admin” dan Password juga isi dengan “admin”. Hilangkan tanda kutip.


6) Apabila telah berhasil login, kita akan masuk pada halaman berikut, terdapat informasi mengenai device





7) Klik network pada navigasi bar, lalu pilih WLAN Settings – Basic untuk mengatur Wireless Network. Radio harus tetap on, kalau pilih off, nanti kita harus menghidupkannya kembali pada router. Posisi tombol untuk menghidupkan radio kembali terletak disebelah tombol reset. Tekan untuk beberapa detik.
Network mode nya pilih 802.11b/g/n. Untuk Channel kita pilih AutoSelect saja atau bisa juga memilih Channel 1 sampai 13. Jangan lupa klik Apply. Atau bisa klik cancel apabila tidak akan jadi mengubah settingannya. 


8) Tahap selanjutnya yaitu kita klik Network pada navigasi bar, lalu pilih WLAN Settings – Advanced untuk mengatur Wireless Configuration. SSID nya kita pilih 1. Untuk nama SSID itu sendiri bisa kita ubah. Nama SSID akan muncul pada device yang akan menggunakan jaringan dari Access Point ini. Nama SSID juga bisa disembunyikan dari device lain apabila kita klik “Hidden”. Pada Security Mode kita bisa pilih, bisa pilih untuk menggunakan Password ataupun tidak menggunakan Password. Lebih aman menggunakan Password supaya tidak ada orang lain yang bisa mengakses Access Point tanpa sepengetahuan kita. Apabila kita memilih untuk menggunakan Password, pada Pass Phrase kita masukkan Password yang ingin digunakan. Jangan lupa klik Apply apabila kita telah mengubah beberapa poin.



9) Pada Network – WiFi Clients List kita dapat melihat MAC Address dan IP Address device yang terhubung dengan Access Point.


Sekian yang bisa aku share, mohon maaf apabila ada banyak kesalahan, tolong koreksi kalau ada yang masih salah.. Semoga bermanfaat :)

Wassalamu’alaikum Wr. Wb..

Referensi :
Modul Wireless Networking.pdf
Fiberhome User Manual

Thursday, May 05, 2016

KOMPONEN PENILAIAN KUALITAS PERANGKAT LUNAK BERDASARKAN SOFTWARE QUALITY MODELS

Metode peningkatan kualitas perangkat lunak memiliki peran yang berharga dalam praktek rekayasa perangkat lunak [6]. Beberapa metode ini termasuk inspeksi kode, penelusuran desain, simulasi prototipe, dan pengukuran berbasis analisis [12]. Beberapa organisasi, seperti ISO dan IEEE, mencoba untuk mebuat standar kualitas software dengan mengkombinasikan model dan mengaitkan karakteristik dan sub-karakteristik quality model. Beberapa penelitian juga mengusulkan metrik perangkat lunak sebagai alat untuk mengukur source code program, arsitektur, dan kinerja dari perangkat lunak. Sampai saat ini proses penilaian kualitas perangkat lunak tetap menjadi masalah terbuka dengan banyak model karena belum jelas dan belum adanya kesepakatan hubungan diantara software quality model serta hubungan antara model dan metrik [4]. Tujuan dari qulity model adalah untuk memberikan definisi operasional untuk kualitas. Tidak ada kesepakatan mengenai apa yang merupakan kualitas dalam pengertian umum dalam rekayasa perangkat lunak [5]. Masalah yang umum dalam software quality model adalah mencari model optimal dan memadai untuk memenuhi tujuan peningkatan kualitas perangkat lunak. Langkah awal untuk memahami kualitas perangkat lunak adalah dengan menjawab pertanyaan penting yang sering ditanyakan, yaitu: apa itu kualitas? Pemahaman terhadap konsep kualitas akan memudahkan dalam memahami perbedaan struktur dari kualitas yang tersedia di pasar. Ada dua kubu besar ketika membahas makna dan definisi kualitas perangkat lunak [9]: 1. Kesesuaian dengan spesifikasi: Kualitas yang didefinisikan sebagai materi produk dan layanan yang terukur dimana memenuhi karakteristik spesifikasi tetap yaitu, kesesuaian dengan spesifikasi yang sebelumnya didefinisikan. 2. Memenuhi kebutuhan pelanggan: Kualitas yang diidentifikasi independen dari setiap karakteristik terukur. Artinya, kualitas didefinisikan sebagai kemampuan produk atau jasa untuk memenuhi harapan pelanggan baik secara eksplisit atau tidak. Dalam buku "Quality is free: the art of making quality certain", Philip B. Crosby menulis [7]: Kesalahan pertama adalah dengan mengasumsikan bahwa kualitas berarti kebaikan, atau kemewahan atau bersinar. Kata "kualitas" sering digunakan untuk menandakan nilai relatif dari sesuatu dalam frase seperti "kualitas baik", "kualitas buruk" dan "kualitas hidup" - yang berarti hal yang berbeda untuk setiap orang. Jika kita ingin mengelola kualitas, maka kualitas harus didefinisikan sebagai "kesesuaian dengan persyaratan", sehingga jika terdeteksi suatu ketidaksesuaian maka dapat dikatakan tidak adanya kualitas. Masalah kualitas menjadi masalah ketidaksesuaian dan pada akhirnya kualitas dapat didefinisikan. 2.1. McCall Model Model McCall mencoba untuk menjembatani kesenjangan antara pengguna dan pengembang dengan berfokus pada sejumlah faktor kualitas perangkat lunak yang mencerminkan pandangan pengguna dan prioritas pengembang [11]. Gagasan utama dalam model McCall adalah untuk menilai relativitas hubungan sosial antara faktor-faktor kualitas eksternal dan kriteria kualitas produk. Model ini dikembangkan oleh angkatan udara Amerika Serikat pada sistem keputusan elektronik (Electronic System Decision), pusat pengembangan Rome Air (Rome Air Development Center) dan General Electric (GE), dengan tujuan meningkatkan kualitas produk perangkat lunak [1]. Salah satu kontribusi besar dari model McCall adalah hubungan antara karakteristik kualitas dan metrik, walaupun terdapat kritik bahwa tidak semua metrik adalah obyektif. Salah satu aspek yang tidak dipertimbangkan langsung oleh model ini adalah fungsionalitas dari produk perangkat lunak [1]. 2.2. Boehm Model Model Boehm menambahkan beberapa karakteristik pada model McCall dengan penekanan pada pemeliharaan produk perangkat lunak. Pertimbangan tentang apa yang terlibat dalam evaluasi produk perangkat lunak sehubungan dengan kegunaan program juga termasuk dalam model ini. Model Boehm serupa dengan model McCall dalam merepresentasikan struktur hirarkis karakteristik, yang masing-masing memberikan kontribusi terhadap kualitas keseluruhan. Gagasan dari model Boehm mencakup kebutuhan pengguna, seperti pada model McCall, namun model Boehm hanya memuat diagram tanpa adanya saran tentang pengukuran karakteristik kualitas [1]. 2.3. FURPS/FURPS+ Model Model FURPS diusulkan oleh Robert Grady dan Hewlett-Packard Co. Model ini menguraikan karakteristik dalam dua kategori yang berbeda dari persyaratan (requirement) [1], yaitu: • Fuctional Requirement (F): Ditetapkan oleh input dan output yang diharapkan. • Non-Fungsional Requirements (URPS): Kegunaan (usability), kehandalan (reliability), kinerja (performance), daya dukung (supportability). Terdapat lima persyaratan yang tercakup dalam dua kategori karakteristik tersebut. Function meliputi himpunan fitur yang diharapkan serta kemampuan dan keamanan. Usability meliputi faktor manusianya, seperti estetika, konsistensi dalam user interface, bantuan yang sifatnya online dan “context-sensitive”, wizards dan agen, dokumentasi untuk pengguna, dan materi pelatihan. Reability mencakup frekuensi dan tingkat keparahan kegagalan (failure), pemulihan (recovery), akurasi, prediksi dan waktu rata-rata antar terjadinya kegagalan (Mean Time Between Failure). Peformance menekankan pada kondisi persyaratan fungsional seperti kecepatan, efisiensi, ketersediaan, akurasi, throughput, waktu respon, waktu pemulihan, dan pemanfaatan sumber daya. Supportability meliputi kemampuan untuk dapat diuji, dapat dikembangkan, kemampuan adaptasi, pemeliharaan, kompatibilitas, dapat dikonfigurasi, servis, kemampuan instalasi, localizability (internationalization?). Model FURPS kemudian diperluas oleh Rational Software - sekarang IBM Rational Software - menjadi FURPS +. Perluasan (+) yang dilakukan meliputi persyaratan untuk batasan desain, persyaratan implementasi, persyaratan antarmuka dan persyaratan fisik.Salah satu kelemahan dari model FURPS adalah model ini tidak mempertimbangkan portabilitas dari produk perangkat lunak [1]. 2.4. Dromey Model Model Dromey berusaha untuk meningkatkan pemahaman tentang hubungan antara atribut (karakteristik) dan sub-attribut (sub-karakteristik) dari kualitas. Lapisan-lapisan model ini didefinisikan sebagai atribut level atas dan atribut bawahan. Ide utama dalam pembuatan model baru ini adalah untuk mendapatkan model yang dapat bekerja dalam lingkup yang luas dalam sistem yang berbeda. Dromey mengakui bahwa evaluasi untuk setiap produk adalah berbeda sehingga diperlukan ide yang lebih dinamis untuk memodelkan proses evaluasi tersebut. Kekurangan dari model ini adalah tidak diberikan kriteria yang jelas untuk melakukan pengukuran kualitas perangkat lunak [1]. Ada tiga unsur utama pada model kualitas generik Dromey ini [2]: 1) Sifat produk yang mempengaruhi kualitas 2) Atribut kualitas level atas 3) Sarana yang menghubungkan sifat produk dengan atribut kualitas. Quality model Dromey lebih lanjut dapat disusun dalam 5 langkah proses [2]: 1) Memilih satu set atribut kualitas level atas yang diperlukan untuk evaluasi. 2) Daftar komponen/modul dalam sistem. 3) Mengidentifikasi sifat pembawa kualitas untuk komponen/modul (kualitas komponen yang memiliki pengaruh paling besar pada sifat produk dari daftar di atas). 4) Tentukan berapa masing-masing sifat mempengaruhi atribut kualitas. 5) Mengevaluasi model dan mengidentifikasi kelemahan. 2.5. BBN Model Bayesian Belief Network (BBN) adalah kategori khusus dari model grafis, dimana node mewakili variabel dan panah berarah mewakili hubungan antar node. Sebagai quality model, BNN dapat direpresentasikan dalam struktur hirarki. Akar dari pohon adalah node yang merepresentasikan kualitas dan terhubung ke node anak yang merepresentasikan karakteristik kualitas, kemudian setiap node karakteristik kualitas terhubung dengan sub-karakteristik kualitas yang sesuai. Model ini dapat mewakili dan memanipulasi model yang kompleks yang mungkin tidak akan pernah diimplementasikan dengan menggunakan metode konvensional. Bagaimanapun, karena kurangnya kriteria, model ini tidak dapat digunakan untuk evaluasi terkoordinasi dari produk perangkat lunak [1]. 2.6. Star Model Kualitas perangkat lunak model Star adalah suatu model konseptual untuk menyajikan perspektif yang berbeda dari kualitas perangkat lunak. Meskipun model ini menggunakan sudut pandang yang berbeda dari kualitas, tetapi sama dengan model BBN, model ini memiliki kekurangan dari kurangnya kriteria [1]. 2.7. Kazman Model Pengelompokan pada model Kazman ini membagi karakteristik kualitatif ke dalam dua kelompok yang dapat diamati selama waktu bekerja dan selama adanya siklus keberadaan perangkat lunak. Karakteristik dari dua kelompok tersebut adalah sebagai berikut: • Efisiensi, keamanan, ketersediaan dan fungsi. • Modifiability, portabilitas, usability, inheritability dan testability. Kelompok ini, pada kenyataannya, tidak disajikan dengan model kualitatif spesifik, tetapi telah memberikan cara evaluasi analisis arsitetur tradeoff untuk menyelidiki kualitas arsitektur perangkat lunak, dengan cara ini sistem harus menetapkan model kualitatif mengenai kebutuhan mereka. Pembangunan model kualitatif yang telah dibuat dari basis disebut "utilitas”. Tingkat terakhir pohon ini didefinisikan oleh serangkaian skenario untuk menguji karakteristik kualitatif [8]. 2.8. ISO/IEC 9126 Model Banyaknya penelitian tentang model pengukuran kualitas memang sangat berguna, namun di sisi lain menimbulkan kebingungan karena aspek kualitas yang ditawarkan. Hal ini menyebabkan timbulnya kebutuhan akan suatu model standar. Ini adalah alasan ISO / IEC JTC1 mulai mengembangkan konsensus yang diperlukan dan mendorong standarisasi seluruh dunia. Pertimbangan pertama berasal dari tahun 1978, dan pada tahun 1985 perkembangan ISO / IEC 9126 dimulai. ISO 9126 adalah bagian dari ISO 9000 standar, yang merupakan standar paling penting untuk jaminan kualitas. Dalam model ini, totalitas atribut kualitas produk perangkat lunak diklasifikasikan dalam struktur pohon hirarkis karakteristik dan sub karakteristik. Level tertinggi dari struktur ini terdiri dari karakteristik kualitas dan tingkat terendah terdiri dari kriteria kualitas perangkat lunak. Model ini menentukan enam karakteristik termasuk Functionality, Reliability, Usability, Efisiensi, Maintainability dan Portabilitas, yang dibagi lagi menjadi 21 sub karakteristik. Sub karakteristik diwujudkan eksternal ketika perangkat lunak digunakan sebagai bagian dari sistem komputer, dan merupakan hasil dari atribut perangkat lunak internal. Karakteristik didefinisikan berlaku untuk setiap jenis perangkat lunak, termasuk program komputer dan data yang terdapat dalam firmware dan memberikan terminologi yang konsisten untuk kualitas produk perangkat lunak. Model ini juga menyediakan kerangka kerja untuk membuat timbal balik antara kemampuan produk perangkat lunak . 2.9. IEEE Model Lembaga IEEE, pada kenyataannya, telah memberikan skala dan standar untuk menyediakan model kualitatif dan belum memberikan model kualitatif yang jelas dan menekankan pada bagaimana merancang cara pengukuran faktor kualitatif. Konstruksi yang disarankan adalah semi-tree dan memiliki tiga tingkatan. tingkat terakhir adalah metrik perangkat lunak. dalam model ini diperbolehkan untuk mendefinisikan metrik untuk setiap faktor jika ada pengukuran langsung setelah tingkat pertama. Untuk peunjuk pertama, pohon dengan faktor dan sub faktor diberikan sebagai berikut [8]: • Efficiency : ekonomi temporal dan sumber daya ekonomi. • Reability : nondeficiency, toleransi kesalahan dan ketersediaan. • Function : kelengkapan, keakuratan, keamanan, kompatibilitas dan interoperabilitas • Supportability: testability, perluasan dan perbaikan. • Portability: independensi dari perangkat keras, independensi dari perangkat lunak, instalability dan reusabilitas. • Usability : ketelitian, mudah dipelajari, kegunaan, dapat diterangkan. Adapun faktor, atribut dan karakteristik yang umumnya yg digunakan untuk perbandingan adalah sebagai berikut: Correctness : Sejauh mana program memenuhi spesifikasi dan memenuhi tujuan tugas pengguna. Kebenaran adalah sejauh mana kerja produk dan output yang bebas dari cacat hasil kerja produk setelah dikirimkan. Kebenaran menjawab pertanyaan khas berikut: Apakah aplikasi dan data sudah lengkap, akurat dan konsisten? [3]. Efciency : Kemampuan produk perangkat lunak untuk memberikan kinerja yang sesuai dan relatif terhadap jumlah sumber daya yang digunakan pada saat keadaan tersebut. Efisiensi adalah sejauh mana sesuatu secara efektif menggunakan (yaitu, meminimalkan konsumsi atas) sumber dayanya. Sumber daya ini dapat mencakup semua jenis sumber daya seperti komputer (perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan), mesin, fasilitas, dan personil. Juga, jumlah sumber daya komputasi dan kode yang diperlukan oleh program untuk melakukan fungsi, kumpulan atribut yang digunakan pada hubungan antara tingkat kinerja perangkat lunak dan jumlah sumber daya yang digunakan saat itu. Efisiensi berkaitan dengan "membagi beban, deteksi kesalahan end-to-end: tes sederhana, cacat kinerja yang muncul di bawah beban berat, mengutamakan keselamatan, penskalaan, throughput, latency, ketersediaan. Apakah model memenuhi tujuannya tanpa pemborosan sumber daya?[3]. Flexibility : Upaya yang diperlukan untuk memodifikasi program operasional. Upaya untuk mengubah atau memodifikasi produk perangkat lunak untuk beradaptasi dengan lingkungan lain atau menjadi aplikasi lain yang berbeda dari rancangannya [3]. Functionality : Kemampuan produk perangkat lunak untuk menyediakan fungsi yang dinyatakan memenuhi dan mengandung yang dibutuhkan ketika perangkat lunak digunakan dalam kondisi tertentu. Fungsionalitas merupakan atribut yang menjaga keberadaan fungsi dan sifat spesifik mereka. Fungsi adalah sesuatu yang memenuhi atau mengandung kebutuhan. Fungsionalitas dinilai dengan mengevaluasi fitur dan kemampuan dari program, sifat umum dari fungsi yang dikirimkan dan keamanan sistem secara keseluruhan[3]. Integrity : Sejauh mana akses ke perangkat lunak atau data oleh orang yang tidak berhak dapat dikendalikan. Juga, atribut yang terkait dengan pengendalian produk perangkat lunak untuk akses ilegal untuk program dan data [3]. Interprobability : Kemampuan produk perangkat lunak untuk berinteraksi dengan satu atau lebih sistem tertentu. Juga, upaya yang diperlukan untuk memasangkan satu sistem dengan yang lain, atribut perangkat lunak yang bergantung pada kemampuannya untuk berinteraksi dengan sistem tertentu, sejauh mana sistem atau salah satu komponennya terhubung dengan benar dan beroperasi dengan sesuatu yang lain [3]. Maintainability : Kemampuan produk perangkat lunak untuk dimodifikasi. Modifikasi dapat mencakup koreksi, perbaikan atau adaptasi dari perangkat lunak untuk disesuaikan dengan lingkungan, dan dalam persyaratan dan spesifikasi fungsional. Juga, upaya yang diperlukan untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan dalam program operasional. Pemeliharaan adalah saat dimana aplikasi atau komponen dapat dipertahankan antara rilis utama. Juga, atribut yang diperhatikan pada upaya yang diperlukan untuk membuat modifikasi tertentu, eberapa banyak perubahan atau memodifikasi komponen untuk memperbaiki kesalahan, untuk meningkatkan kinerja, atau untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berubah [3]. Portability : Kemampuan produk perangkat lunak untuk dapat dipindahkan dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain. Juga, upaya yang diperlukan untuk memindahkan program dari satu konfigurasi perangkat keras dan atau lingkungan sistem perangkat lunak ke sistem lain. Portabilitas adalah saat dimana aplikasi atau komponen dapat dipindahkan dari satu lingkungan yang lain. Reability : Kemampuan produk perangkat lunak untuk mempertahankan tingkat kinerja tertentu ketika digunakan dalam kondisi tertentu. Keandalan adalah kemampuan yang diharapkan dari program untuk melakukan fungsinya yang membutuhkan ketelitian. Hal ini dievaluasi dengan mengukur frekuensi dan tingkat keparahan kegagalan, keakuratan hasil output, waktu yang berarti antara kegagalan (MTBF), kemampuan untuk pulih dari kegagalan dan prediktabilitas dari program ini karena program yang tidak dapat dipercaya sering gagal, atau menghasilkan data yang tidak benar. Juga, kehandalan merupakan atribut yang ditentukan pada kemampuan perangkat lunak untuk mempertahankan tingkat kinerja saat di bawah kondisi untuk jangka waktu tertentu. Keandalan adalah sejauh mana produk beroperasi tanpa kegagalan dalam kondisi tertentu selama periode waktu tertentu [3]. Reusability : Reusabilitas adalah saat dimana aplikasi atau komponen yang sudah ada dapat digunakan kembali. Ini adalah sejauh mana sebuah program dapat digunakan dalam aplikasi lain yang berkaitan dengan kemasan dan ruang lingkup fungsi yang program lakukan. Misalnya, reusabilitas yang mungkin ketika semua modul berisi dua atau lebih fungsi unik yang jika dipisahkan dari kode utama, dapat digunakan kembali oleh program lain. Selain itu, ia merupakan atribut yang berkaitan dengan beban transfer modul atau program untuk aplikasi lain [3]. Testability : Kemampuan produk perangkat lunak yang memungkinkan modifikasi perangkat lunak untuk divalidasi. Juga, upaya yang diperlukan untuk menguji program untuk memastikan ia melakukan fungsi yang diharapkan. Testability adalah saat dimana aplikasi atau komponen memfasilitasi penciptaan dan pelaksanaan keberhasilan tes (yaitu, tes yang akan menyebabkan kegagalan yang disebabkan semua cacat yang ada). Juga, atribut perangkat lunak yang berkaitan dengan upaya yang diperlukan untuk memvalidasi modifikasi perangkat lunak [3]. Understandability : Kemampuan produk perangkat lunak untuk memungkinkan pengguna untuk memahami apakah perangkat lunak tersebut cocok, dan bagaimana perangkat lunak itu dapat digunakan untuk tugas dan kondisi tertentu. Juga, atribut perangkat lunak yang diperlukan dalam upaya pengguna untuk mengenali konsep logis dan penerapannya [3]. Kesimpulan: Pengukuran kualitas perangkat lunak dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari berbagai model yang ada. Pada penggunaan model Star dan BNN, kekurangan yang ada sama yaitu kurangnya kriteria yang digunakan. Akan tetapi model Star dapat mempertimbangkan kualitas dari sudut pandang yang berbeda, dan model BBN menitik beratkan pada faktor kualitas. Model ISO merupakan standar internasional yang ada saat ini, hanya saja model ini besifat umum. Akan tetapi model ini memiliki kriteria evaluasi dan memisahkan kualitas eksternal dan internal yang ada sehingga model ini cocok digunakan pada saat kebutuhan penilaian kualitas perangkat lunak tidak terlalu dalam. Model McCall dan Star memenuhi banyak komponen penilaian, akan tetapi ada penilaian yang tumpang tindih karena banyaknya komponen yang dinilai. Model ini sesuai digunakan jika permasalahan utama adalah penilaian secara menyeluruh dan mendalam. Model IEEE hampir sama dengan model ISO, hanya saja pada model IEEE menggunakan metrik perangkat lunak pada tingkat penilaian terakhir. Akibatnya waktu penilaian akan lebih lama dan juga kedalaman penilaian akan lebih mendetail. Salah satu keunggulan model Boehm adalah dilibatkannya faktor perangkat keras. Hanya saja pada model ini criteria yang digunakan masih sedikit. Model FURPS sendiri tidak memperdulikan portability, akan tetapi model ini memisahkan kebutuhan fungsional dan non fungsional. Pada model Kazman tingkat terakhir penilaian adalah menggunakan beberapa skenario untuk pengujian karakteristik. Penggunaan model tersebut disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan seperti waktu, kedalaman pengukuran kualitas, kompleksitas dan juga fungsi dari perangkat lunak tersebut. Kualitas perangkat lunak diukur menggunakan beberapa faktor, atribut dan juga karakteristik. DAFTAR PUSTAKA [1] B. Behkamal, M. Kahani, M.K. Akbari, “Customizing ISO 9126 quality model for evaluation of B2B applications”, Information and Software Technology, vol.51, pp. 599–609, 2009. [2] D. Milicic, “Software Quality Models and Philosophies”, Software Quality Attributes and Trade-Offs, L. Lundberg, M. Mattsson, C. Woh lin Eds., Blekinge Institute of Technology, pp. 3-19, 2005. [3] K. Khosravi, and Y.G. Guéhéneuc, “A Quality Model for Design Patterns”, Technical report 1249, University of Montreal, September 2004. [4] K. Khosravi, and Y.G. Guéhéneuc, “On Issues with Software Quality Models”, ICFAI University Press, ch. 11, pp. 218--235, January 2008. [5] M.A. Côté, W. Suryn, E. Georgiadou, “Software Quality Model Requirements for Software Quality Engineering“, Software Quality Management & INSPIRE Conference (BSI), 2006. [6] N.F. Schneidewind, “Body of Knowledge for Software Quality Measurement,” Computer, vol. 35, no. 2, pp. 77-83, Feb. 2002. [7] P. B. Crosby, “Quality is free : the art of making quality certain”, New York : McGraw-Hill, 1979. [8] R. Khayami, A. Towhidi, and K. Ziarati, “The analytical Comparation of Qualitative Models of Software Systems”, World Applied Sciences Journal, Volume 6 (Supplement 1), 2009. [9] R. W. Hoyer, and B. B. Y. Hoyer, "What is quality?", Quality Progress, no. 7, pp. 52-62, 2001. [10] R.B. Grady, “Practical software metrics for project management and process improvement”, Prentice Hall, New Jersey, 1992. [11] Rafa E. Al-Qutaish, PhD Journal of American Science 2010 “Quality Models in Software Engineering Literature: An Analytical and Comparative Study”, Journal of American Science; pp:166-175, 2010. [12] Y. Liu, T.M. Khoshgoftaar, and N. Seliya, “Evolutionary Optimization of Software Quality Modeling with Multiple Repositories”, IEEE Transactions on Software Engineering, vol. 36, no. 6, November/December 2010 .

Monday, February 15, 2016

Tutorial untuk install Ubuntu 15.04 dengan Windows (Dual Boot)

Hai :)

Saya menginstall Ubuntu menggunakan Dual Boot. Dual Boot disini maksudnya adalah sebutan untuk menginstall beberapa sistem operasi kedalam sebuah laptop.

(+) Keuntungan menggunakan Dual Boot:
1) Dapat menginstall beberapa sistem operasi kedalam sebuah laptop sehingga mengurangi resource yang digunakan.
2) Dapat belajar banyak sistem operasi seperti Ubuntu, Fedora, dan sistem operasi open source lainnya.

(-) Kerugian menggunakan Dual Boot:
1) Akan memakan space harddisk, tentunya perlu harddisk yang memiliki kapasitas penyimpanan cukup besar dulu untuk dapat melakukan dual boot ini.
2) Salah sedikit saat instalasi dapat menyebabkan boot loader untuk windows tidak dapat dijalankan. Hal ini dapat terjadi apabila saat instalasi nanti melakukan kesalahan atau tidak mengikuti arahan yang diberikan.

Apa saja yang diperlukan untuk menginstall sistem operasi Ubuntu bersamaan dengan Windows 8.1 didalamnya?
1) Memiliki ISO Ubuntu, bagi yang belum punya dapat didownload.
2) Menyediakan space sekitar 80GB sebagai tempat menyimpan Ubuntu. Cara membuat partisi harddisk di Windows yaitu:
  1.  Klik kanan pada ruang hardisk yang bertuliskan unlocated, setelah itu akan muncul menu New Partition, klik menu tersebut.
  2. Kemudian muncul window baru dan klik Next.
  3.  Pada menu ini kamu akan menentukan partisi yang akan kamu buat primary atau extended. Kebanyakan orang memilih partisi Primary dan klik Next.
  4. Tentukan besar kapasitas hardisk yang kamu inginkan pada partisi ini dan klik Next.
  5.  Lalu tentukan drive path yang kamu inginkan dan klik Next.
  6. Tentukan file system yang kamu inginkan dan beri nama di kolom volume label, setelah itu klik Next.
  7. Kamu sudah berhasil membuat partisi baru di hardisk kamu, klik Finish.
Tolong berhati-hati ketika ingin melakukan hapus atau format partisi, karena apabila teman-teman menghapus partisi yang digunakan oleh Windows (biasanya ditandai sebagai drive C) atau partisi yang digunakan sebagai tempat penyimpanan data, maka data akan hilang dan tidak tentu dapat dikembalikan atau tidak.
3) Berikutnya, membuat Live CD (dengan metode burning) atau membuat Live USB, yang nantinya berisikan installer sistem operasi Ubuntu tersebut. Lebih baik menggunakan Live USB, karena instalasi akan jauh lebih cepat menggunakan USB dibandingkan dengan CD. Apabila menggunakan CD, ketika kualitas CD memburuk, maka instalasipun akan berlangsung lama (karena optik akan kesulitan membaca CD tersebut). 
Bagi yang sudah memenuhi persyaratan diatas, maka dapat melanjutkan pada tahap berikutnya.

Langkah-langkah untuk instalasi Dual Boot Windows 8.1 dengan Ubuntu 15.04.
1) Setting BIOS, agar membaca Live USB (bagi yang menggunakan USB) atau membaca CD dahulu (bagi yang menggunakan CD) terlebih dahulu sebelum harddisk ketika boot, karena apabila membaca harddisk terlebih dahulu, teman-teman tidak akan dapat masuk ke mode instalasi yang ada pada Live USB.
2) Setelah muncul tampilan dibawah ini, teman-teman dapat memilih “Try Ubuntu” (Mungkin kalimatnya akan sedikit berbeda), atau “Install Ubuntu”. Perbedaannya, pilihan nomor 1, akan membawa teman-teman untuk menikmati Ubuntu sesaat, sehingga teman-teman dapat melakukan ini-itu terlebih dahulu, seperti mencoba membuka LibreOffice (Microsoft Office di Ubuntu) dan banyak lainnya. Pada umumnya teman-teman akan mulai membandingkan antara Ubuntu dan Windows pada tahap ini, sedangkan pilihan nomor 2 akan memulai proses instalasi langsung.


3) Karena saat instalasi yang saya pilih adalah nomor 1, maka akan muncul tampilan seperti dibawah ini. Untuk memulai instalasi dapat melakukan klik pada icon harddisk yang ada didesktop dengan tulisan “Install Ubuntu 15.04”.


4) Setelah icon tersebut didouble click, maka tampilan berikut akan muncul. bahasa yang dipilih akan digunakan selama proses instalasi. Teman-teman bebas memilih bahasa apa yang ingin digunakan.


5) Sejauh ini yang telah kita lakukan adalah double click icon instalasi yang ada didesktop, serta memilih bahasa, berikutnya adalah memilih jaringan, hal ini dimaksudkan untuk mendownload update selama proses instalasi. Langkah ini hanyalah opsional, apabila teman-teman tidak ingin memilih jaringanpun bisa, pilih radio button yang bertuliskan “I don’t want to connect to a wi-fi network right now”.


6) Berikutnya adalah tahap dimana pengecekan ulang dilakukan, sangat disarankan untuk melakukan charging laptop selama penginstalan dilakukan karena apabila laptop kehabisan baterai saat proses instalasi berlangsung, dikhawatirkan terjadi hal buruk diluar dugaan teman-teman.Selain itu, terdapat dua check box dibawah, bila kita mencentang check box yang pertama, maka update akan dilakukan selama proses instalasi (hal ini hanya dapat dilakukan apabila memilih jaringan pada langkah sebelumnya). Sedangkan, fungsi check box kedua adalah memutar MP3, karena apabila kita tidak mencentang check box kedua ini, setelah instalasi selesai dan kita ingin memainkan musik, maka Ubuntu tidak akan dapat menjalankannya. Jadi saya sarankan untuk mencentang check box yang kedua.


7) Kita sudah sampai ditahap ketujuh. Pada tahap ketujuh ini, teman-teman diminta untuk memilih jenis instalasi. Terdapat empat radio button, berikut fungsinya:

  •  Radio button yang pertama berfungsi untuk melakukan instalasi Ubuntu berdampingan dengan Windows. Saya agak khawatir dengan yang satu ini, karena apabila drive windows saya tertiban oleh Ubuntu, maka… Hilang windowsnya.
  • b. Menghapus seluruh isi harddisk dan menginstal Ubuntu, mungkin teman-teman akan memilih ini ketika tidak ada dapat penting pada OS sebelumnya serta mengurungkan niat untuk Dual Boot dan lebih memilih menjadi pengguna Ubuntu.
  • c. Something else. Kedengerannya tidak meyakinkan, tapi radio button inilah yang saya pilih, karena dengan memilih radio button ini, maka saya dapat menentukan partisi apa yang akan saya buat. Dengan kata lain partisi Windows akan tetap aman.


8) Karena memilih radio button “Something Else”, tentunya kita akan diminta untuk membuat partisi sendiri, tidak perlu takut ataupun bingung partisi apa saja yang perlu dibuat. Berikut daftar partisi yang saya sarankan untuk dibuat.
  • Partisi “/” (Garis Miring) atau biasa disebut dengan “root”, merupakan partisi yang sifatnya sama seperti drive C pada Windows, dengan kata lain sistem operasi akan diletakan pada partisi ini, saya sarankan ukurannya 40 GB, sudah cukup dan masih menyimpan banyak free space, mungkin karena saya hanya menginstal sedikit program.
  • Partisi “/boot”, partisi ini akan digunakan sebagai tempat menyimpan boot loader Ubuntu, apabila teman-teman tidak menyediakan partisi ini, maka Ubuntu akan memilih untuk menghapus boot loader yang pada harddisk. Intinya, teman-teman akan bisa booting ke Ubuntu, tetapi tidak ke Windows, karena boot loadernya sudah dihapus, tentu bisa diperbaiki tapi akan memakan waktu, dan akan dibahas pada post berikut. Untuk space, sediakan 500 MB.
  • Partisi “/home”. pada Windows, ini lebih mirip dengan drive D, atau tempat penyimpanan data pribadi.
  • Partisi “swap area”, sesuai namanya “swap area” digunakan apabila penggunaan RAM berlebihan, maka partisi ini akan digunakan sebagai pembantu RAM. Karena saya akan menggunakan Ubuntu untuk membuat program Android yang membutuhkan RAM cukup banyak, saya menyediakan kurang lebih 12 GB. Ukuran partisi tergantung dengan RAM yang terdapat pada laptop teman-teman pejalan kaki, biasanya ukurannya 1,5 sampai 3 kali ukuran RAM teman-teman (ukuran ini berlaku di Windows).


9) Pertama-tama, kita akan membuat partisi “/” atau “root”, pilih baris free space, lalu tekan tanda tambah yang ada dibawahnya, maka akan muncul kotak, lalu pilihlah dengan tepat seperti keterangan dibawah ini.
  • Size = 40960 (hasil perkalian dari 40 * 1024)
  • Type for the new partition = Logical
  • Location for the new partition = Beginning of this space
  • Use as = Ext4 journaling file system
  • Mount point = /


10) Partisi “root” berhasil dibuat, berikutnya adalah membuat partisi “/boot”, klik tanda tambah, lalu ikuti gambar dibawah ini,



Setelah selesai tekan OK, maka tampilannya akan berubah. Tampak pada gambar dua partisi baru yaitu, “/” dan “/boot”.


11) Dua partisi baru telah dibuat, kini saatnya membuat partisi tempat penyimpanan data pribadi, yaitu partisi “/home”.


12) Apabila sudah, tekan OK, maka partisi yang dibuat akan bertambah lagi. Kini teman-teman telah membuat tiga partisi, yaitu “/”, “/boot” dan “/home”.


13) Kini saatnya membuat partisi terakhir, yaitu “swap area”, seperti biasa, tekan tambah pada layar, lalu akan muncul kotak dialog dan ikuti sesuai dengan gambar dibawah ini (jika mau, hehehe. Ingat loh partisi swap ini saya buat cukup besar, teman-teman dapat membuat ukuran yang jauh lebih kecil seperti 2 GB atau 1 GB tidak masalah).


14) Setelah selesai, tekan OK, maka empat partisi yangi direkomendasikan telah terbuat, masa-masa untuk menjalankan proses instal pun semakin dekat.

15) Sedikit lagi proses instalasi akan segera dimulai, kini hampir saatnya tiba, akan tetapi sebelum dimulai, teman-teman semua harus mengganti dahulu partisi yang akan digunakan sebagai tempat untuk menginstal boot loader. Pada combo box yang terdapat dibawah, secara default partisi yang akan digunakan untuk instalasi adalah harddisk dan lokasi akan ditentukan secara otomatis, akan tetapi bila hal ini dibiarkan, maka boot loader Windows akan terhapus, resiko terbesar, sementara kita tidak dapat masuk ke Windows hingga boot loader Windows diperbaiki, sedangkan ini akan memakan waktu yang cukup lama. Intinya kita harus menggantinya ke partisi “/boot” yang baru saja kita buat. Karena pada gambar ini partisi “/boot” nya ada pada /dev/sda7, maka kita arahkan lokasi instalasi pada /dev/sda7, contohnya seperti gambar dibawah.

16) Bila lokasi instalasi boot loader telah diarahkan ke “/boot”, maka langkah berikutnya adalah pilih “Install now”, dan akan muncul seperti pada gambar, kotak tersebut muncul untuk mengkonfirmasi partisi yang akan dibuat. Bila sudah yakin tekan OK.

17) Apabila telah menekan tombol “Continue”, maka berikutnya teman-teman diminta untuk memilih lokasi teman-teman berada. Pilih Jakarta.


18) Kini kita diminta untuk memilih keyboard, layout. Ini sangat penting, apabila salah memilih, nanti ketika keyboard kita akan menjadi aneh. Umumnya Keyboard Layout yang dipilih adalah English (US), jadi saya pilih English (US).


19) “Who are you?”, wah Ubuntu sampai nanya siapa kita nih, kasih tau aja teman-teman, dengan cara ketik nama kita, nama komputer, user dan juga password tentunya. Ini akan digunakan untuk membuat user Ubuntu.


20) Setelah kita tekan tombol “Continue”, akhirnya proses instalasi dimulai. Hal ini ditandai dengan slide yang mondar-mandir dan juga progress bar yang berjalan. Proses instalasi memakan waktu sekitar 30 menit apabila menggunakan Live USB.


21) Setelah proses instalasi selesai, maka akan memunculkan kotak berikut. Apabila teman-teman memilih “Continue Testing”, teman-teman tidak akan keluar dari Live USB ataupun CD sehingga masih dapat mencoba fitur-fitur Ubuntu, tapi untuk apa ? teman-teman kan sudah menginstalnya sendiri, jadi lebih baik memilih “Restart Now”. setelah ditekan, tak lama kemudian komputer akan mati dan memasuki mode restart.



Permasalahan
Sampai pada tahap ini, proses instalasi sudah selesai dilakukan, akan tetapi ketika restart, maka komputer / laptop kita akan langsung masuk ke Windows. Kenapa? Ini memang benar, karena Windows memang selalu diload diawal, sehingga kita harus mengkonfigurasi sedikit grub.cfg (file untuk konfigurasi GRUB) di Ubuntu nanti.
 Langkah-langkah untuk boot ke Ubuntu secara manual.
  1. Sekarang coba teman-teman matikan komputer, lalu hidupkan kembali.
  2. Saat loading, tekan tombol untuk masuk ke Boot Menu (hampir sama seperti BIOS, bedanya kita dapat langsung memilih mau boot kemana. Nanti akan ada pilihan untuk boot ke Ubuntu). Setiap laptop memiliki tombolnya masing-masing, untuk mengetahui tombolnya apa, teman-teman dapat menekan tombol ESC berulang-ulang sesaat setelah komputer dihidupkan, biasanya nanti akan muncul keterangan tombol apa saja yang dapat ditekan serta deskripsi kegunaannya. Akan tetapi apabila langkah tersebut gagal, dapat dicari caranya di Google. Terdapat beberapa merk laptop disana, untuk memilih tombol apa yang harus ditekan pilih kolom Boot Menu atau BIOS.
  3. Setelah ditekan, nanti akan muncul Boot Menunya, pilih Ubuntu. Takan lama akan muncul layar Ubuntu dalam keadaan Boot.

Sumber:

Monday, November 30, 2015

Sistem Basis Data (Take Home)

Basis Data vs Sistem Basis Data, Integritas Data, Transaksi dan Konkurensi, XML, Back End Programming


BASDAT VS SIMBADA

1) Basis data
Basis data adalah kumpulan terorganisasi dari data – data yang saling berhubungan sedemikian rupa sehingga dapat mudah disimpan, dimanipulasi, serta dipanggil oleh penggunanya. Definisi Basis data juga dapat diartikan sebagai kumpulan data yang terdiri dari satu atau lebih tabel yang terintegrasi satu sama lain, dimana setiap user diberi wewenang untuk dapat mengakses ( seperti mengubah,menghapus dll.) data dalam tabel-tabel tersebut.

Tujuan Basis Data:
  • Kecepatan serta kemudahan dalam menyimpan, memanipulasi atau juga menampilkan kembali data tersebut.
  • Efisiensinya ruang penyimpanan, karena dengan basis data, redudansi data akan bisa dihindari.
  • Keakuratan (Accuracy) data.
  • Ketersediaan (Availability) data.
  • Kelengkapan (Completeness) data, Bisa melakukan perubahan struktur dalam basis data, baik dalam penambahan objek baru (tabel) atau dengan penambahan field-field baru pada table.
  • Keamanan (Security) data, dapat menentukan pemakai yang boleh menggunakan basis data beserta objek-objek yang ada didalamnya serta menentukan jenis -jenis operasi apa saja yang boleh dilakukannya.
  • Kebersamaan Pemakai (Sharability), Pemakai basis data bisa lebih dari satu orang, tetapi tetap menjaga atau menghindari masalah baru seperti: inkonsistensi data (karana data yang sama diubah oleh banyak pemakai pada saat yang bersamaan) dan juga kondisi deadlock (karena ada banyak pemakai yang saling menunggu untuk menggunakan data tersebut.
2) Sistem Basis Data
Sistem Basis Data adalah sistem yang terdiri dari koleksi data atau kumpulan data yang saling berhubungan dan program-program untuk mengakses data tersebut. Komponen Utama Sistem Basis Data:
  • Perangkat Keras (Hardware)
  • Sistem Operasi (Operating Sistem)
  • Basis data (Database)
  • Sistem Pengelola Basis Data (Database Management Sistem atau disingkat DBMS)
  • Yaitu pengelola basis data secara fisik tidak dilakukan oleh pemakai secara langsung, akan tetapi ditangani oleh sebuah perangkat lunak yang khusus. Perangkat Lunak inilah yang disebut DBMS (Database Management Sistem) yang akan menentukan bagaimana data diorganisasi, disimpan, diubah serta diambil kembali. Perangkat Lunak ini juga yang menerapkan mekanisme pengamanan data, pemakaian data secara bersama-sama, konsistensi data dan sebagainya.
  • Pemakai (User).
  • Aplikasi atau Perangkat Lunak yang lainnya.
  • Tujuan Utama Sistem Basis Data sendiri adalah :
  • Menunjukkan suatu lingkungan yang tepat dan efisien didalam melakukan pengambilan (retrieving) dan penyimpanan (storing) informasi basis data, serta menyediakan antarmuka yang lebih ramah kepada user dalam melihat data.
Kelebihan dari Sistem Basis Data:
-  Mengurangi duplikasi data
- Meningkatkan integritas data
- Memelihara indepensi data
- Meningkatkan keamanan data
- Memelihara konsistensi data
- Memanipulasi data dengan lebih canggih
- Mudah digunakan

Kekurangan Sistem Basis Data:
- Sistem lebih rumit, sehingga perlu tenaga ahli untuk mengurus masalah desain, program dan implementasinya
- Lebih mahal pengadaannya
- Bila terdapat akses yang tidak benar, dapat merusak basis data
- Karena semua data terdapat di pusat, maka overload dapat menyebabkan kerusakan pada hardware  maupun software
- Proses maintenance dan back up akan memakan waktu karena ukurannya besar




INTEGRITAS DATA

Pengertian integritas data secara luas mengacu pada kepercayaan dari sumber daya suatu sistem. Integritas data sangat penting karena dapat memastikan keakuratan, konsistensi, aksesibilitasi, dan kualitas tinggi dari sebuah data, sehingga sangat penting untuk mengikuti aturan pengintegritasan suatu data. Data yang mempunyai integritas identik di pertahankan selama operasi apapun (seperti bisnis transfer, penyimpanan, atau pengambilan). Secara sederhana dalam istilah bisnis, integritas data adalah jaminan bahwa data konsisten, bersertifikat dan dapat dirujukan.
Integritas Data dapat dikelompokan menjadi 2 bagian :
1. Integritas data yang berada dalam relasi, yaitu integritas entitas dan integritas domain.
2. Integritas yang berada di luar relasi, yaitu integritas referensial
Selain itu ada juga integritas yang ditentukan sendiri di dalam suatu perusahaan, yaitu integritas perusahaan (Enterprise Integrity/ User Defined Integrity).
Secara garis besar integritas data dalam model relasional meliputi :
1. Integritas Entitas
2. Integritas Domain
3. Integritas Referensial
4. Integritas Enterprise

INTEGRITAS ENTITAS
Integritas entitas mendifinisikan sebuah baris sebagai sebuah entitas yang unik untuk suatu tabel. Dalam integritas entitas, tidak ada baris yang di duplikat didalam suatu tabel.
Contoh :
create table Pembelian
(ID Pembelian smallint,
ID model smallint,
DeskripsiModel varchar (40),
Primary Key (IDPembelian));

INTEGRITAS DOMAIN
Domain adalah nilai-nilai yang dimungkinkan diasosiasikan dengan setiap atribut, Integritas domain merupakan validasi masukan dari sebuah kolom. Dengan integritas domain, tidak ada data yang melanggar jangkauan nilai di tiap kolom data.
Jenis domain yang harus dimiliki oleh setiap atribut :
1. Karakter bebas
2. Alphanumerik
3. Alphabet
4. Numerik
Pemeliharaan integritas domain :
1. Pendifinisian skema
2. Pemanfaatan properti field
3. Penerapan proses validasi pada pemasukan data
Contoh :
Create table biografi
(idpenulis smallint unsigned not null,
tahunLahir year not null,
kotalahir varchar (40) not null default
‘Kosong’);
create domain nilai numerik(3,2)
constraint value-test check (value >=0.00)

INTEGRITAS REFERENSIAL
Integritas referensial adalah dasar relasi antar tabel yaitu antara foregin key dengan promary key. Integritas referensial memastikan bahwa seluruh nilai dari foregin key cocok dengan nilai primary key yang dihubungkanya.
Contoh :
create table account
(account-number char (10),
branch-name char (15),
balance integer,
primary key (account-number),
foreign key (branch-namereference branch)
create table depositor
(costumer-name char (20),
account-number char (10),
primary key (costumer-name, account-number)
foreign key (account-number) reference account
foreign key (costumer-name) reference costumer)
on delete cascade on update cascade

INTEGRITAS ENTERPRISE
Integritas enterprise mengizinkan kita untuk menentukan spesifik business rules sendiri yang tidak sama pada kategori integritas yang lainnya.




TRANSAKSI DAN KONKURENSI

Transaksi pada basis data adalah satu atomic operasi berupa lojik pekerjaan maupun lojik recovery yang bisa terdiri dari beberapa intruksi. Tujuan dari transaksi adalah menjaga database dari kehilangan data dan kerusakan,seperti system crash dan pengaksesan data yang sama secara bersamaan oleh dua aplikasi yang berbeda yang menimbulkan gangguan. Ada empat elemen dalam transaksi yang biasa disingkat ACID, yaitu :
  • Atomicity,  semua berhasil atau semua gagal
  • Consistency,  transaksi mempertahankan konsistensi database
  •  Isolation,  transaksi terisolasi satu dengan yang lain
  •   Durability,  setelah commit update harus survive di database

Dan ada dua jenis transaksi yang paling penting dalam sistem basis data adalah :
  • Commit, memberi tanda bahwa transaksi telah selesai. Update dibuat permanen (bahkan jika setelah commit terjadi kegagalan system)
  • Rollback, memberi tanda bahwa transaksi gagal. Semua update harus di-undo
Untuk lojik recovery atau system recovery database dilakukan ketika terjadi kegagalan media, kegagalan system atau kesalahan pada transaksi. Sistem recovery menggunakan fungsi rollback dan checkpoint. Checkpoint adalah interval tertentu pada perjalanan transaksi basis data yang menyimpan keadaan basis data saat itu. Checkpoint dapat dilakukan untuk merecovery database secara backward (undo) maupun forward (redo).
Sedangkan konkurensi adalah sebuah mekanisme pada sistem basis data yang mengijinkan banyak transaksi pada saat bersamaan untuk mengakses data yang sama tanpa adanya gangguan. Pada umumnya terdapat 3 masalah utama pada konkurensi:
  • Lost update problem, ketika dua user mengupdate dua buah data yang sama
  •  Uncommited dependency problem, ketika user yang satu meretrieve data dan user yang lain merollback data tersebut
  •  Inconsistent analysis problem, ketika user yang satu meretrieve data dan user yang lain mengupdate data tersebut
Untuk menangani masalah tersebut, dilakukan proses locking, jika sebuah transaksi ingin record/resource tidak berubah dalam waktu tertentu maka dia meminta lock. Ada dua jenis lock yaitu :
  •  Exclusive Lock (Xlock) à write lock
  • Shared Lock (Slock) à read lock
Jadi cara kerjanya:
  • Jika transaksi A memegang Xlock pada sebuah record, maka permintaan lock (X,S) pada record yang sama harus diabaikan.
  •  Jika transaksi A memegang Slock pada record R maka :
o   Permintaan Xlock transaksi lain pada R ditolak
o   Permintaan Slock transaksi lain pada R diterima

Tapi, ada satu masalah yang dapat terjadi ketika melakukan proses locking ini, yaitu deadlock. Yaitu, situasi dimana dua atau lebih transaksi dalam kondisi wait-state, satu sama lain menunggu lock dilepaskan sebelum dapat memulai. Cara penanganannya adalah:
  • Deteksi dan pecahkan deadlock
  • Deteksi deadlock : wait-for-graph
  • Pecahkan deadlock : salah satu dirollback paksa
  • Ostrich Algorithm : diabaikan




XML

Definisi XML
XML adalah bahasa markup seperti HTML, tetapi tanpa format yang tetap. Sebuah bahasa markup menyediakan kata-kata dan tag yang menggambarkan dokumen dan mengidentifikasikan bagian-bagiannya. HTML mengenai presentasi ketika XML bekerja untuk menyimpan dan mengirimkan data terstruktur. Semua file XML mengikuti beberapa aturan dasar untuk sintaks dan form.
Dari W3C yang merekomendasikan standar ini pada tanggal 10 Februari 1998 mengartikan bahwa eXtensibel Markup Language adalah sebuah format  berbasis teks yang sederhana untuk mempresentasikan informasi yang tersturktur seperti dokumen, data, konfigurasi, buku, transaksi, invoice, dan masih banyak lagi. Ini berasal dari format standar yang lebih tua disebut SGML (ISO 8879), agar lebih cocok untuk digunakan Web.

Kegunaan XML
XML merupakan salah satu format yang paling banyak digunakan untuk berbagi informasi terstruktur hari ini: antara program, antara orang-orang, antara komputer dan orang, baik lokal dan di seluruh jaringan.
Contoh singkat:







BACK END PROGRAMMING
Apa yang anda ketahui tentang back-end programming? Back-end programming adalah program yang berjalan pada database secara otomatis ketika terjadi suatu pemicu (trigger) tertentu. Dalam sistem basis data itu seperti PL/SQL. PL/SQL itu dirancang khusus untuk pengolahan mulus dari perintah SQL. Ini memberikan sintaks khusus untuk tujuan ini dan mendukung persis datatypes sama seperti SQL. Server-side PL / SQL disimpan dan disusun dalam Oracle Database dan berjalan dalam executable Oracle. Secara otomatis mewarisi ketahanan, keamanan, dan portabilitas Oracle Database. Blok PL/SQL ini memiliki beberapa kelebihan:
  • Integritas ketat dengan SQL;
  • Performa yang lebih baik;
  • Produktifitas yang lebih tinggi;
  • Portabilitas penuh;
  • Keamanan ketat;
  • Akses ke paket-paket yang telah di tentukan;
  • Dapat mendukung pemograman berorientasi objek dan mendukung pengembangan halaman dan aplikasi web dan server pages (PSPs).
 PL/SQL ini memiliki beberapa komponen utama:
  • Anonymous Block, Anonymous block ini tidak dibuat (CREATE) dan tak disimpan pada database, biasanya dijalankan dari dalam aplikasi.
  • Strored Subprogram, PL/SQL Block ini yang dipanggil dengan sekumpulan parameter. PL/SQL memiliki dua jenis subprogram yaitu: procedure dan function. Secara umum procedure  digunakan untuk melaksanakan aksi dan function digunakan untuk komputasi suatu nilai.
  • Trigger, blok PL/SQL yang disimpan dalam database dan akan diaktivasi ketika kita melakukan statement-statement SQL (DELETE, UPDATE, dan INSERT) pada sebuah tabel. Trigger itu mempunyai event, nah event itu telah yang menandakan bahwa trigger harus dijalankan. Adanya trigger dalam database akan meringankan kita dalam pembuatan aplikasi karena di dalam aplikasi yang kita buat, kita tidak perlu lagi untuk melakukan validasi data.



Sumber: